SOAL
UJIAN MID SEMESTER
MATA
KULIAH: LANDASAN DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN
S2
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNSRI TAHUN 2015
WAKTU:
90 MENIT
1.
Salah
satu yang ditekankan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 adalah pelaksanaan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan keilmuan (scientific approach). Jelaskan landasan pendidikan apa saja yang
relevan dengan pendekatan scientific
tersebut!
Jawaban :
Pada penerapan (implementasi Kurikulum
2013) di lapangan, guru salah satunya harus menggunakan pendekatan ilmiah (scientific),
karena pendekatan ini lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan
tradisional.
Kriteria
sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran scientific,
yaitu:
1.
Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2.
Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif
guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3.
Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara
kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari
materi pembelajaran.
5.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon materi pembelajaran.
6.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang
dapat dipertanggungjawabkan.
7.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan
jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Landasan keilmuan pendidikan
adalah asumsi yang bersumber
dari disiplin ilmu tertentu yang dijadikan titik tolak pendidikan, seperti: hukum,
psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi, maupun sejarah. Berikut
landasan pendidikan yang relevan dengan pendekatan scientific :
1. Tinjauan dari Landasan Hukum Pendidikan
Landasan hukum dapat
diartikan peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan (pidarta, 2013:43). Dalam
pelaksanaan kurikulum 2013, seorang guru harus
memenuhi empat kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesionalisme dan kompetensi social kemudian
guru juga wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
2. Tinjauan dari Landasan Filsafat Pendidikan
Menurut Pidarta
(2013:85) Filsafat Pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara
mendalam tentang sesuatu sampai ke akar-akarnya. Jika dtinjau dari filsafat
pendidikan, seorang guru harus mampu menghasilkan lulusan yang dapat memainkan
peranan secara fungsional di tengah-tengah dunia keilmuan yang sedang
berkembang, dan meningkatkan mutu
pendidikan.
3. Tinjauan dari Landasan Sejarah Pendidikan
Menurut Pidarta (2013:109)
sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan
yang dapat didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan
informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik,
moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya. Informasi yang lampau dijadikan
landasan dan perbandingan untuk menghasilkan guru yang professional untuk
kedepannya. Dalam kurikulum 2013 juga proses pendidikan
dan materi pelajarannya sudah menekankan pada kemandirian dan kerjasama serta
demokratis dalam pembelajaran.
4. Tinjauan dari Landasan Sosial Budaya Pendidikan
Sosial menurut
pidarta (2013 : 160) berarti himpunan sejumlah orang paling sedikit dua orang
yang hidup bersama karena cita-cita yang sama. Sedangkan Kneller dalam pidarta
(2013 : 167) mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan
oleh anggota-anggota masyarakat. Dalam kurikulum 2013 ini, guru harus bisa mentransfer ilmu pengetahuan yang diikuti
dengan sikap mendidik kepribadian siswa. Adanya materi pelajaran
yang banyak dikaitkan dengan keadaan dan masalah masyarakat setempat melalui
MULOK dan metode pembelajaran lebih ditekankan pada kegiatan siswa baik
individual maupun kelompok serta
paradigma pedidikan juga bergeser dari orientasi sekolah ke orientasi
masyarakat.
5. Tinjauan dari Landasan Psikologis Pendidikan
Psikologi atau ilmu
jiwa menurut Pidarta (2013:196) adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Di
kurikulum 2013, guru
dalam pengajarannya harus terpusat pada aktivitas siswa dan guru hanya sebagai
mentor saja. Hal ini dapat mendorong siswa berpikir secara kritis, analistis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran. Kemudian kurikulum 2013
harus memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau
dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan sikap, motivasi, perasaan serta
karakteristik-karakteristik individunya serta menyediakan kesempatan kepada
setiap individu siswa untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
6. Tinjauan dari Landasan Ekonomi Pendidikan
Ditinjau dari
landasan ekonomi, efisiensi
dan efektivitas dalam menggunakan dana pendidikan sangatlah penting karna
sekolah harus bisa menggunakanya sebaik mungkin sesuai dengan layanan
pendidikan yang telah direncanakan. Sehingga proses kegiatan dalam pembelajaran
bisa berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil yang sesuai pula.
2.
Teori
perkembangan menurut Piaget dan Bruner memiliki pertalian yang kuat dalam
pembelajaran matematika. Jelaskan hubungan kedua teori perkembangan tersebut,
berikut contohnya dalam pembelajaran matematika!
Jawaban :
Menurut
aliran psikologi kognitif bahwa anak belajar itu harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan mentalnya. Artinya bila seorang guru akan memberikan pengajaran
harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan tersebut. Menurut Teori
Piaget dan Bruner, pembelajaran yang tidak memperhatikan perkembangan mental
siswa besar kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam menyerap materi yang
disajikan, karena tidak sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Teori
belajar Piaget adalah constructivism,
dengan keyakinannya piaget mengatakan bahwa para siswa pasti mengkontruksi
pikiran mereka sendiri dan bukan menjadi penerima informasi yang bersifat
pasif. Sebagai contoh dalam operasi penjumlahan, anak memahami 4 + 2 = 6 dengan
memanipulasi benda-benda kongkret yang telah ia kenal. Misalnya dia mempunyai 4
buah apel, kakaknya memberikan 2 buah apel lagi kepadanya. Dia kumpulkan
apel-apel tersebut kemudian membilang banyaknya buah apel yang dia miliki saat
ini. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, dia mampu menyatakan bahwa
sekarang apel yang ada 6 buah. Oleh sebab itu, sekarang dia dapat
mengkontruksikan bahwa 6 sama dengan 4 + 2.
Jerome
Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika berhasil jika proses
pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat
dalam pokok bahasan yang diajarkan. Sebagai contoh untuk menjelaskan segitiga
siku-siku, perlu diberi contoh yang gambar-gambarnya tidak selalu dengan sisi
miringnya dalam kedudukan miring, tapi perlu juga diberikan gambar dengan sisi miring
dalam keadaan mendatar atau membujur. Dengan cara ini anak akan terlatih dalam
memriksa, apakah segitiga yang diberikan kepadanya tergolong segitiga siku-siku
atau tidak.
Hubungan teori Piaget dan Burner mempunyai persamaan dalam pembelajaran
matematika sebagai berikut :
1.
Sama-sama belajar mengeksplorasi objek,melalui tindakan
aktifitas pada objek
2. Sama-sama menghadapkan ke hal
– hal yang konkret , dimana belajar terjadi melalui penggunaan model dan
gambar.
3. Sama-sama sudah mengenal
simbol/ bahsa verbal serta sudah dapat mendeskripsikan kapasitas dalam berfikir
abstrak.
3. Berikan contoh
perbuatan pendidik dalam melaksanakan semboyan “Ingarso Sung
Tulodo”
dan “Tut Wuri Handayani” !
Jawaban :
Ingarso Sung Tulodo artinya (dari depan memberikan contoh),
sedangkan Tut Wuri Handayani berarti (dari
belakang memberikan dorongan).
Dalam dunia
pendidikan maka semboyan itu menggambarkan peran seorang guru atau pendidik. Ada berbagai peranan pendidik dan
peserta didik yang harus dilaksanakannya, namun pada dasarnya peran tersebut
telah terseurat dan tersirat dalam semboyan “Ingarso Sung
Tulodo”
artinya pendidik harus memberikan atau menjadi teladan bagi peserta didiknya.
Dan “Tut Wuri Handayani”artinya bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik harus
memberi kebebasan atau kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri. Apabila
semboyan itu dilaksanakan maka akan memberikan pengaruh positif terhadap
anak didiknya.
Contoh
perbuatan pendidik dalam melaksanakan semboyan Ingarso Sung Tulodo, berarti seorang guru harus mampu menjadi
contoh bagi siswanya,
baik sikap
maupun pola pikirnya. Anak akan melakukan apa yang dicontohkan oleh gurunya, bila guru memberikan
teladan yang baik maka anak akan baik pula perilakunya. Dalam hal
ini, guru harus selalu memberikan
pengarahan dan mau menjelaskan supaya siswa menjadi paham dengan apa yang
dimaksudkan oleh guru.
Harus selalu diingat bahwa, anak melakukan sesuatu bukan karna disuruh atau
mengikuti perintah gurunya. Melainkan mencontoh dari apa yang dilihat pada
perilaku pendidiknya.
Contoh
perbuatan pendidik dalam melaksanakan semboyan Tut wuri handayani, bisa dimaknai sebagai dorongan kepada anak untuk maju
kedepan, tampil dan berani dalam proses pembelajaran, pendidik wajib memberikan
support dan merefleksi dari apa yang dikerjakan oleh siswanya. Apabila siswa
sudah paham dengan materi, siswa sudah pandai dalam banyak hal maka guru harus
menghargai siswanya tersebut. Guru diharapkan mau memberikan kepercayaan bahwa
siswa dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Guru tidak boleh meremehkan kemampuan siswa. Semboyan ini diwujudkan dengan
pemberian tugas, ataupun belajar secara mandiri atau pengayaan
4.
Sebelum
memulai proses pembelajaran di kelas, guru harus memperhatikan kesiapan afektif
dan kesiapan kognitif siswa.
Jelaskan komponen apa saja yang
tergolong dalam kesiapan afektif dan kesiapan kognitif!. Mengapa kesiapan
kognitif dan kesiapan afektif harus
mendapatkan perhatian khusus?
Jawaban :
Kesiapan dalam pembelajaran adalah keseluruhan kondisi
seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon/jawaban di dalam cara
tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan
berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon.
Komponen yang termasuk aspek kesiapan yaitu :
-
Kondisi
fisik, mental dan emosional dari peserta didik
-
Kebutuhan-kebutuhan,
motif dan tujuan peserta didik dalam pembelajaran
-
Ketrampilan,
pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari peserta didik untuk
memahami pembelajaran.
Komponen kesiapan kognitif :
·
Pengetahuan
(Knowledge)
·
Aplikasi
(Application)
·
Analisis
(Analysis)
·
Sintesis
(Synthesis)
·
Evaluasi
(Evaluation)
Komponen kesiapan afektif :
·
Penerimaan
(Receiving/Attending)
·
Tanggapan
(Responding)
·
Penghargaan
(Valuing)
·
Pengorganisasian
(Organization)
·
Karakterisasi
(Berdasarkan Nilai-nilai)
Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan
dan atau penemuan. Belajar kognitif mencakup
asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan
keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru,
berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang
berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada
berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.
Proses belajar afektif
seseorang menentukan
bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai
emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin tidak
menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif meliputi dasar
yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan, minat dan
sikap individu.
Aspek-aspek Psikologis dalam
Pembelajaran:
1.
Tingkat kecerdasan/inteligensi siswa
Inteligensi ialah kemampuan untuk menemukan, yang
bergantung pada pengertian
yang luas dan ditandai oleh adanya suatu tujuan
tertentu dan adanya pertimbangan-pertimbangan yang bersifat korektif.
2. Sikap Siswa
Sikap adalah
gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif terhadap objek
orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Muhibbin
Syah, 1997:135).
3. Bakat Siswa
Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan tugas
tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan (Muhibbin
Syah, 1997:135).
4. Minat Siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai orang selama ini dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi
tertentu (Muhibbin Syah, 1997:136).
5. Motivasi
Siswa
Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk
melakukan sesuatu (M. Ngalim Purwanto, 2007:103). Pendapat lain mengatakan
bahwa motif ialah keadaan internal organisem –baik manusia ataupun hewan– yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu (Muhibbin Syah, 1997:136).
Jadi dari pembahasan yang telah disampaikan
di atas, mengapa
kesiapan kognitif dan kesiapan afektif harus mendapatkan perhatian khusus jika
dipandang dari aspek psikologis karena belajar adalah kegiatan yang berproses
dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis
dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika
ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Kegiatan pembelajaran
syarat dengan muatan psikologis dan benar-benar harus memperhatikan kesiapan
kognitif dan kesiapan afektif. Dengan kata lain, banyak aspek psikologis dan
kesiapan afektif dan kesiapan kognitif dalam proses pembelajaran yang harus dipahami oleh
seorang pendidik demi tercapainya tujuan pendidikan.
5.
Guru
profesional sesungguhnya adalah guru
yang
di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom, menguasai
kompetensi
secara
komprehensif, dan memiliki
daya
intelektual tinggi.
Jelaskan apa maksudnya!
Jawaban :
Guru profesional adalah
guru yang memiliki kemampuan mengorganisasikan lingkungan belajar yang
produktif. Kata “profesi” secara terminologi diartikan suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya dengan titik tekan pada
pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kamampuan mental yang dimaksudkan di
sini adalah ada persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk
melakukan perbuatan praktis.
Sebagi
tenaga profesional, guru dituntut memvalidasi ilmunya, baik melalui belajar
sendiri maupun melalui program pembinaan dan pengembangan yang dilembagakan
oleh pemerintah atau masyarakat. Pembinaan guru dilakukan dalam kerangka
pembinaan profesi dan karier. Pembinaan profesi guru meliputi pembinaan
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial.
Jadi maksud
dari Guru profesional sesungguhnya adalah guru yang di dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan
memiliki daya intelektual tinggi artinya seorang guru professional seorang guru
harus lah berkualitas yang
bertujuan mampu mencetak anak bangsa
yang berkualitas pula.
Kunci yang
harus dimiliki oleh setiap pengajar adalah kompetensi atau seperangkat ilmu serta ketrampilan mengajar guru di
dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai seorang guru sehingga tujuan
dari pendidikan bisa dicapai dengan baik.
Seorang guru
juga harus memiliki daya intelektual tinggi atau Kemampuan intelektual yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental -berpikir, menalar, dan memecahkan masalah.
0 komentar:
Posting Komentar