LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN
Oleh
Nursa Fatri Nofriati
(NIM : 060226815190018)
A. SEJARAH
LANDASAN KEPENDIDIKAN DI INDONESIA
Ø Sejarah
Pendidikan Dunia
Sejarah pendidikan dunia
membahas sejarah pendidikan dunia yang meliputi zaman-zaman: (1)Realisme, (2)
Rasionalisme, (3) Naturalisme, (4) Developmentalisme, (5)Nasionalisme, (6)
Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme, serta (7) Sosialisme.
Ø Sejarah
Pendidikan Dunia
Karakteristik kebudayaan pada
zaman ini tergolong maritim dan hidup bergotong-royong. Kepercayaan yamg dianut
adalah animisme dan dinamisme. Zaman ini belum ada lembaga pendidikan
formal(sekolah). Kurikulum pendidikannya meliputi pengetahuan, sikap, dan nilai
mengenai kepercayaan.
Ø
Zaman Pengaruh Hindu dan Budha
Hinduisme and Budhisme
datang ke Indonesia sekitar abad ke-5.Pendidikan dilaksanakan dalam rangka
penyebaran dan pembinaan kehidupan bergama Hindu dan Budha (ibid:217). Selain
di keluarga dan masyarakat, juga diselenggarakan di lembaga pendidikan yang
disebut Perguruan (Paguron) atau Pesantren. Pendidikannya bersifat informal,
berpusatpada religi, penghormatan yang tinggi terhadap guru danaristrokratis.
Ø
Zaman Pengaruh Islam
(Tradisional)
Pendidikan
di indonesia berlangsung sejak ajaran islam masuk ke indonesia melalui
perdagangan perdagangan khusus dijawa, para pedagang di samping menjalan kan
tugasnya berdagang serta membawa misi sebagai penyebar islam dan menjadi ustad
(guru). Metode pendidikannya yakni metode sorongan dan metode halaqah/palagan.
Ciri-ciri
pendidikan diantaranya pendidikan bersifat religius, guru tidak memperoleh
bayaran dan pendidikan islam bersifat demokratis.
Ø Zaman
Pengaruh Nasrani (Katholik dan Kristen)
Bangsa Portugis masuk pada
abad ke-16 serta menyebarkan agama yang mereka anut, yakni Katholik (gospel). Orde ini didirikan oleh Ignatius Loyola
(1491-1556) dan memiliki tujuan yaitu segala sesuatu untuk keagungan yang lebih
besar dari Tuhan (Mudyahardjo, 2008: 243). Yang dicapai dengan tiga cara: memberi
khotbah, memberi pelajaran, dan pengakuan.
Sedangkan pengaruh Kristen
berasal dari orang-orang Belanda yang datang pertama kali tahun1596 di bawah
pimpinan Cornelis de Houtman. Sikap VOC terhadap pendidikan adalah membiarkan
terselenggaranya Pendidikan Tradisional di Nusantara, mendukung
diselenggarakannya sekolah-sekolah yang bertujuan menyebarkan agama Kristen.
Tujuannya untuk melenyapkan agama Katholik dengan menyebarkan agama Kristen
Protestan, Calvinisme (Nasution, 2008:4-5).
Ø
Zaman Kolonial Belanda
Pada tahun 1816 VOC ambruk sehingga
kurikulum sekolah mengalami perubahan radikal dengan masuknya ide-ide liberal
tersebut yang bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual, nilai-nilai
rasional dan sosial. Pada awalnya kurikulum ini hanya diterapkan untuk
anak-anak Belanda selama setengah abad ke-19.Setelah tahun1848 dikeluarkan
peraturan pemerintah yang menunjukkan bahwa pemerintah lambat laun menerima
tanggung jawab yang lebih besar atas pendidikan anak-anak Indonesia sebagai
hasil perdebatan di parlemen Belanda dan mencerminkan sikap liberal yang lebih
menguntungkan rakyat Indonesia (ibid:10-13).
Ada beberapa ciri
persekolahan pada zaman pemerintahan Hindia Belanda yakni sekolah bersifat
dualitas dan sekuler, sekolah lebih banyak didasarkan pada kebudayaan barat,
seolah pemerintah kurang memperhatikan pelajaran keterampilan khusus dan kurang
memperhatikan pendidikan kaum wanita.
Pendidikan Hindia Belanda sejak 1990 yakni:
1. lahirnya politik etis yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui
irigasi, transmigrasi, reformasi, pendewasaan,
perwakilan yang mana semua ini
memerlukan
peranan penting pendidikan.
2. Jenis-jenis
persekolahan nya pendidikan rendah, lanjutan (menengah), kejuruan, tinggi dn
swasta oleh bumi putra.
Ø Zaman
Kolonial Jepang
Landasan pendidikan masa
pendudukan jepang adalah landasan idil yang disebut Hakko Ichio dengan tujuan menyediakan tenaga sukarela dan prajurit
untuk membantu perang jepang melawan sekutu.
Hal yang menguntungkan bagi
pendidikan di indonesia:
1.
Bahasa indonesia berkembang
secara luas
2.
Buku-buku asing
diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia
3.
Seni bela diri dan perang
dimiliki oleh para pemuda indonesia
4.
Perasaan rindu terhadap
kebudayaan semakin bergejolak.
5.
Tidak ada diskriminasi
dalam pendidikan
6.
Sekolah-sekolah
diseragamkan dan dinegerikan.
Ø Zaman
Kemerdekaan (Awal)
Tujuan pendidikan belum
dirumuskan dalam suatu undang-undang yang mengatur pendidikan. Sistem
persekolahan di Indonesia yang telah dipersatukan oleh penjajah Jepang terus
disempurnakan. Namun dalam pelaksanaannya belum tercapai sesuai dengan yang
diharapkan bahkan banyak pendidikan di daerah-daerah tidak dapat dilaksanakan
karena faktor keamanan para pelajarnya.
Ø Zaman
‘Orde Lama’
Setelah diadakan
konsolidasi yang intensif, system pendidikan Indonesia terdiri atas: Pendidikan
Rendah, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi.Pendidikan Nasional zaman
‘Orde Lama’ adalah pendidikan yang dapat membangun bangsa agar mandiri sehingga
dapat menyelesaikan revolusinya baik di dalam maupun di luar, pendidikan yang
secara spiritual membina bangsa yang ber-Pancasila dan melaksanakan UUD 1945,
Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Kepribadian Indonesia, dan
merealisasikan ketiga kerangka tujuan Revolusi Indonesia sesuai dengan Manipol.
(Mudyahardjo, 2008: 403).
Ø Zaman
‘Orde Baru’
Menurut Orde Baru,
pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di
dalam sekolah dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan
di dalam lingkungan rumahtangga, sekolah dan masyarakat(Ibid.: 422, 433).
Pendidikan pada masa memungkinkan adanya penghayatan dan pengamalam Pancasila
secara meluas di masyarakat, tidak hanya di dalam sekolah sebagai mata
pelajaran di setiap jenjang pendidikan (ibid.: 434).
Di samping itu, dikembangkan
kebijakan link and match di bidang pendidikan. Konsep keterkaitan dan kepadanan
ini dijadikan strategi operasional dalam meningkatkan relevansi pendidikan
dengan kebutuhan pasar (Pidarta, 2008: 137-38). Sistem pendidikannya adalah
sentralisasi dengan berpusat pada pemerintah pusat. Keberhasilan pembangunan
yang menonjol pada zaman ini adalah (1) kesadaran beragama dan kenagsaan
meningkat dengan pesat, (2) persatuan dan kesatuan bangsa tetap terkendali,
pertumbuhan ekonomi Indonesia juga meningkat (Pidarta, 2008: 141).
Ø Zaman
‘Reformasi’
Dalam bidang pendidikan ada perubahandengan
munculnya Undang-Undang Pendidikan yang baru dan mengubah sistem pendidikan
sentralisasi menjadi desentralisasi, di samping itu kesejahteraan tenaga
kependidikan perlahan-lahan meningkat. Hal ini memicu peningkatan kualitas
profesional mereka. Instrumen-instrumen untuk mewujudkan
desentralisasi pendidikan juga diupayakan, misalnya MBS (Manajemen Berbasis
Sekolah), Life Skills (Lima Ketrampilan Hidup), dan TQM (Total Quality Management).
IMPLIKASI SEJARAH TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN
NASIONAL INDONESIA
Masa lampau memperjelas
pemahaman kita tentang masa kini. Sistem pendidikan yang kita miliki sekarang
adalah hasil perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam sejarah pengalaman
bangsa kita pada masa yang telah lalu (Nasution, 2008:v).Pembahasan tentang
landasan sejarah di atas memberi implikasi konsep-konsep pendidikan sebagai
berikut:
a.
Tujuan Pendidikan
Pendidikan
diharapkan bertujuan dan mampu mengembangkan berbagai macam potensi peserta
didik serta mengembangkan kepribadian mereka secara lebih harmonis. Tujuan
pendidikan juga diarahkan untuk mengembangkan aspek keagamaan, kemanusiaan,
kemanusiaan, serta kemandirian peserta didik. Di samping itu, tujuan pendidikan
harus diarahkan kepada hal-hal yang praktis dan memiliki nilai guna yang tinggi
yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja nyata.
b.
Proses Pendidikan
Proses
pendidikan terutama proses belajar-mengajar dan materi pelajaran harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, melaksanakan metode
global untuk pelajaran bahasa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama siswa
dalam pembelajaran, mengembangkan pembelajaran lintas disiplin ilmu,
demokratisasi dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
c.
Kebudayaan Nasional
Pendidikan
harus juga memajukan kebudayaan nasional. Emil Salim dalam Pidarta (2008: 149)
mengatakan bahwa kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak budaya daerah dan
menjadi identitas bangsa Indonesia agar tidak ditelan oleh budaya global.
d.
Inovasi-inovasi
Pendidikan
Inovasi-inovasi
harus bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan di Indonesia, bukan
sekedar konsep-konsep dari dunia Barat sehingga diharapkan pada akhirnya
membentuk konsep-konsep pendidikan yang bercirikan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
_________,2014. Landasan Historis Pendidikan. Di akses 4 September 2015
dari http://www.slideshare.net/wisnuwolstenholme/landasan-historis-pendidikan-31781493
_________, 2013. Landasan Historis Pendidikan. Di akses 4 September 2015
dari http://akhmad-sugianto.blogspot.co.id/2013/09/landasan-historis-pendidikan.html
Lestari, R. I (2015). Landasan Historis
Pendidikan. Di akses 5 September 2015 dari https://rahmawatiindahlestari.wordpress.com/semester-1/lkpp/landasan-historis-pendidikan/
Pidarta, Made. 2013. Landasan
Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
0 komentar:
Posting Komentar