LANDASAN SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN
Oleh
Nursa
Fatri Nofriati
(NIM : 060226815190018)
LANDASAN SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN
Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada
pendidikan begitu pun dengan aspek budaya dalam pendidikan. Dapat dikatakan
tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari
anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula
kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Maka,
bisa dikatakan bahwa pengertian sosiologi pendidikan yaitu ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu
individu atau kelompok dengan peresekolahan sehingga terjalin kerja sama yang
sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan. Berikut akan dibahas
mengenai sosial dan budaya pada pendidikan, sebagai berikut :
A.
Sosiologi dan
Pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Pendidikan
adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Salah satu bagian sosiologi, yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi pendidikan.
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Salah satu bagian sosiologi, yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi pendidikan.
Wuradji (1988) menulis
bahwa sosiologi pendidikan meliputi :
1) interaksi guru-siswa;
2) dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra
sekolah;
3) struktur dan fungsi sistem pendidikan
4) sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.
Wujud dari sosiologi
pendidikan adalah tentang konsep proses sosial. Proses sosial
merupakan suatu cara berhubungan antar idividu, antar kelompok atau antara
individu dan kelompok yang menghasilkan bentuk hubungan tertentu.
Interaksi dan proses sosial
dapat terjadi sebagai akibat dari salah satu atau gabungan dari faktor-faktor
berikut:
1. Imitasi
Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula
bersifat negatif
2. Sugesti
Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau
tertarik pada pandangan
atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwewenang atau mayoritas.
3. Identifikasi
3. Identifikasi
Seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat
identifikasi yang mencoba
menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar
maupun di bawah sadar
4. Simpati
4. Simpati
Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada
orang lain.
Ø
Adapun, sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai
uraian berikut :
1).
Empiris: bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
2).Teoretis : merupakan peningkatan fase penciptaan, bisa
disimpan dalam waktu lama, dan dapat diwariskan kepada generasi muda
3). Komulatif : berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih
baik.
4).Nonetis : menceritakan apa adanya, tidak menilai apakah
hal itu baik atau buruk.
Untuk memudahkan terjadi
sosialisasi dalam pendidikan, maka guru perlu menciptakan situasi, terutama
pada dirinya, agar faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada
diri anak-anak.
Interaksi sosial akan
terjadi apabila memenuhi dua syarat berikut :
a.
Kontak sosial
Kontak sosial bisa menghasilkan interaksi positif atau interaksi
negatif.
Kontak sosial berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Kontak antar individu
2. Kontak antara individu dengan
kelompok atau sebalikya.
3. Kontak antar kelompok
b.
Komunikasi
Adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang
kepada orang lain atau sekelompok orang. Ada sejumlah alat yang dapat dipakai
mengadakan komunikasi. Alat-alat yang dimaksud adalah Lisan dan isyarat
(langsung) & tulisan dan alat-alat bantu (tidak langsung).
Ada sejumlah bentuk
interaksi sosial, yaitu sebagai berikut :
a.
Kerjasama : belajar kelompok
b.
Akomodasi : meredakan pertentangan
c.
Asimilasi atau akulturasi : penyatuan pikiran
d.
Persaingan : kompetisi
e.
Pertikaian : pertentangan/konflik
Hambatan dalam komunikasi :
1.
Verbalisme, sesorang dapat mengucapkan kata tapi tak
memahami maknanya.
2.
Salah tafsir terhadap yang dibicarakan. Dapat terjadi
karena sumber tidak kongkrit.
3.
Perhatian kurang kosentrasi, karena gangguan kesehatan
atau ada gangguan lain.
Diketahui bersama bahwa
manusia selain sebagai makhluk individu juga merupakan mahluk sosial. Oleh
karena itu dalam melakukan interaksi sosial manusia terkadang membentuk
kelompok sosial. Kelompok sosial berarti himpunan sejumlah orang, paling
sedikit dua orang, yang hidup bersama, karena cita-cita yang sama.
Ada beberapa persyaratan
untuk terjadinya kelompok sosial, yaitu :
1. Setiap anggota memiliki
kesadaran sebagai anggota kelompok
2. Ada interaksi timbal
balik antar anggota
3. Mempunyai tujuan yang
sama
4. Membentuk norma yang
mengatur ikatan kelompok
5. Ada struktur dalam kelompok yang
membentuk peranan dan status sebagai dasar ikatan kegiatan kelompok
Dalam dunia pendidikan,
kelompok sosial inipun dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu, berdasarkan
keakraban hubungan (kelompok primer dan sekunder) dan berdasarkan peraturan
(kelompok formal dan informal). Ada dua teori yang dipakai untuk meningkatkan
produktivitas kelompok sosial, yaitu: (Wuraji, 1988 dan Sudarja, 1988) :
A.
Teori Struktural Fungsional
-
Setiap struktur (bagian-bagian) kelompok memiliki
fungsi masing-masing.
-
Setiap bagian memiliki kebebasan untuk berkreasi,
berinisiatif, dan mengembangkan ide untuk kemajuan kelompok
c.
Teori konflik
Perubahan atau perbaikan kelompok dilakukan dengan
prinsip-prinsip pemaksaan melalui peraturan
Ada implikasi konsep sosial pada pendidikan,
yaitu :
1. Sekolah dan masayarakat sekitarnya harus saling menunjang
2. Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dan tokoh
masyarakat
3. Pendidikan (Sekolah) harus berfungsi
secara maksimal sebagai wahana proses sosialisasi anak.
4. Dinamika kelompok harus diarahkan untuk kepentingan
belajar
B.
Kebudayaan dan Pendidikan
Menurut Made Pidarta,
(1997:157) kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa
norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, tigkah laku, dan teknologi yang dipelajari
dan dimiliki oleh semua anggota masyarakat.
Antara pendidikan dan
kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan
dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang
berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan.
Dengan demikian dapat kita
simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan
berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan
dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses membuat orang
kemasukan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang memasuki
dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya
sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan dirinya.
Dapat dituliskan bahwa Hubungan antara kebudayaan dan pendidikan adalah :
- pendidikan membentuk atau menciptakan kebudayaan
- pendidikan melestarikan kebudayaan
- pendidikan menggunakan dan berdasarkan kebudayaan
Ada Implikasi Konsep Kebudayaan pada
Pendidikan, yaitu :
- Materi pelajaran banyak dikaitkan dengan keadaan dan msalah masyarakat setempat (melalui MULOK)
- Metode belajar ditekankan pada kegiatan siswa baik individual maupun kelompok.
- Paradigma pendidikan bergeser dari orientasi sekolah ke orientasi masyarakat.
Enam dasar hubungan social (House:1981 dan Weiss:1984)
-
Kasih sayang
-
Integrasi social
-
Harga diri
-
Rasa persatuan yang dapat dipercaya
-
Bimbingan
-
Kesempatan untuk mengauh orangl lain
Lestari, R. I (2015). Landasan Sosial Budaya Pendidikan. Di akses 25 September 2015 dari https://rahmawatiindahlestari.wordpress.com/semester-1/lkpp/landasan-sosial-budaya-pendidikan/
Pidarta, Made. 2013. Landasan Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
0 komentar:
Posting Komentar