LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN
Oleh
Nursa
Fatri Nofriati
(NIM : 060226815190018)
A.
PENGERTIAN
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN
Psikologi
berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu
pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari
tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya”.
Namun pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak
sama (menurut Gerungan dalam Khodijah : 2006) karena Ilmu jiwa adalah ilmu jiwa
secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang jiwa itu. Ilmu psikologi
adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara
sistematis dengan metode-metode ilmiah.
Landasan psikologis pendidikan
adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi
tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan
dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia
perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian
psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan
kecerdasan, berpikir, dan belajar (Tirtarahardja, 2005: 106).
Dengan
demikian, psikologi adalah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara
psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit
dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi
menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya
menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam proses dan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis
psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak didik
dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan
secara efektif.
B. Bentuk
Psikologi Pendidikan
1.
Psikologis Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan
tentang perkembangan. Pendekatan-
pendekatan yang dimaksud adalah (Nana
Syaodih, 1989) : Pendekatan
pen-
tahapan, Pendekatan diferensial dan Pendekatan ipsatif.
Psikologi perkembangan menurut
Rouseau membagi masa perkembangan anak atas empat tahap yaitu :
·
Masa bayi dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan
perkembangan fisik.
·
Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya
baru seperti hidup manusia primitif.
·
Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan
perkembangan pikiran dan kemauan untuk berpetualang.
·
Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual
menonjol, sosial, kata hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar
berbudaya.
2. Psikologi Belajar
Menurut Pidarta (2007:206) belajar
adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan
hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya
pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain.
Secara psikologis, belajar dapat
didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya
dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna.
Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu
yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku
yang terjadi harus secara sadar.
Dari pengertian belajar di atas,
maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu
dipandang sebagai proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku
itu sendiri dipandang sebagai hasil belajar. Hal ini berarti,
belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar
dan hasil belajar.
Para ahli psikologi cenderung untuk
menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai suatu model yang
menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim
disebut dengan teori belajar yaitu Teori belajar klasik , Teori belajar behaviorisme dan Teori
belajar kognisi.
3. Psikologi Sosial
Menurut Hollander (1981) psikologi
sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat,
yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk
mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu (dikutip
Pidarta, 2007:219).
Pembentukan kesan pertama terhadap
orang lain memilki tiga kunci utama yaitu :
1) Kepribadian orang itu. Mungkin kita
pernah mendengar tentang orang itu sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip
dengan orang itu, terutama tentang
kepribadiannya.
2) Perilaku orang itu. Ketika melihat
perilaku orang itu setelah berhadapan, maka hubungkan dengan cerita-cerita yang
pernah didengar.
3) Latar belakang situasi. Kedua data
di atas kemudian dikaitkan dengan situasi pada waktu itu, maka dari
kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama tentang orang itu.
Dalam dunia pendidikan, kesan
pertama yang positif yang dibangkitkan pendidik akan memberikan kemauan dan
semangat belajar anak-anak. Motivasi juga merupakan aspek psikologis sosial,
sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit untuk bersosialisasi dalam
masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik punya kewajiban untuk menggali motivasi
anak-anak agar muncul, sehingga mereka dengan senang hati belajar di sekolah.
Menurut Klinger (dikutip Pidarta,
2007:222) faktor-faktor yang menentukan motivasi belajar adalah minat dan kebutuhan individu, persepsi kesulitan akan tugas-tugas dan harapan sukses.
C. Implikasi Psikologi dalam Kegiatan Belajar
1.
Implikasi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan
Kurikulum.
Kajian psikologi pendidikan dalam
kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan
pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Pada intinya kajian psikologis ini
memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out put pendidikan
dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta
didik.
Secara psikologis, manusia merupakan
individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan
kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu,
baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan
serta karakterisktik-karakteristik individulainnya. Kurikulum pendidikan seyogyanya
mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
2.
Implikasi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah
melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan
pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip
dalam belajar, yakni (1) Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu
tujuan, (2) Tujuan itu harus timbul dari atau
berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang
lain, (3) Orang itu harus bersedia mengalami
bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang
berharga baginya, (4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya, (5) Selain tujuan pokok yang hendak
dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan, (6) Belajar lebih berhasil dengan jalan
berbuat atau melakukan, (7) Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek
intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya, (8) Seseorang memerlukan bantuan dan
bimbingan dari orang lain, (9) Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus
benar-benar dipahami, (10) Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang
sering mengejar tujuan-tujuan lain, (11) Belajar lebih berhasil, apabila
usaha itu memberi sukses yang menyenangkan, (12) Ulangan dan latihan perlu akan
tetapi harus didahului oleh pemahaman dan (13) Belajar hanya mungkin kalau ada
kemauan dan hasrat untuk belajar.
3. Implikasi Psikologi Pendidikan
terhadap Sistem Penilaian
Penilaian
pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami
seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melalui kajian psikologis kita
dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik
setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis
telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki
oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes
psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian
individu lainnya. Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian
lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya
pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada
gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.
D. Guna
Calon Guru Mempelajari Ilmu Psikologi Pendidikan
Manfaat mempelajari psikologi
pendidikan bagi guru dan calon guru dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
1.
Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran
Memahami perbedaan individu (peserta
didik), penciptaan iklim belajar yang
kondusif dikelas, pemilihan strategi dan metode pembelajaran, memberikan bimbingan kepada peserta
didik dan mengevaluasi hasil pembelajaran
2.
Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar
Menetapkan tujuan pembelajaran, penggunaan media pembelajaran dan penyusunan jadwal pelajaran
Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan psikologi pendidikan berperan dalam
membantu guru untu merencanakan, mengatur dan mengevaluasi kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
Adami, N. (2015). Landasan Psikologis Pendidikan. Di akses 10 Oktober 2015 dari http://www.nuradamy.com/2015/01/landasan-psikologis-pendidikan-.html
Pidarta, Made. 2013. Landasan
Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
0 komentar:
Posting Komentar